Website Resmi
Fraksi PKS Kepulauan Riau

Fraksi PKS, Penyambung Aspirasi Masyarakat
Kepulauan Riau

Konsisten Meneruskan Kebaikan Setelah Ramadan (Catatan Memetik Hikmah Ramadan ke-29)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Ditulis Oleh: H. Bahktiar, Lc, MA Waka III DPRD Kepri dan Ketua DPW PKS Kepri2346

Selama satu bulan penuh, umat Islam dilatih untuk menahan diri dari hawa nafsu, memperbanyak ibadah, dan meningkatkan kualitas keimanan. Namun, tantangan sesungguhnya muncul setelah Ramadan berakhir, yaitu mempertahankan kebiasaan baik yang telah dibangun selama bulan suci tersebut.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah,’ kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada ketakutan pada mereka dan mereka tidak (pula) bersedih hati.” (QS. Al-Ahqaf: 13). Ayat ini menegaskan pentingnya istiqamah atau konsistensi dalam beribadah dan menjalankan kebaikan setelah Ramadan berlalu.

Banyak orang merasakan peningkatan spiritual selama Ramadan, tetapi setelah bulan suci berakhir, sering kali semangat ibadah menurun. Hal ini menjadi permasalahan umum yang harus diatasi agar nilai-nilai Ramadan tetap membekas sepanjang tahun. Rasulullah SAW bersabda: “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang kontinu meskipun sedikit.” (HR. Muslim).

Dalam konteks ini, menjaga istiqamah bukan hanya sekadar meneruskan ibadah mahdhah seperti shalat dan puasa sunah, tetapi juga memperkokoh akhlak dan kepedulian sosial. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bagaimana menjaga semangat Ramadan agar tetap hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Tulisan ini akan membahas kondisi umat Islam pasca-Ramadan dalam mempertahankan kebiasaan baik, tantangan yang dihadapi, serta strategi agar istiqamah dalam menjalankan kebaikan sepanjang tahun.

 Setelah Ramadan, banyak orang mengalami penurunan dalam semangat ibadah. Kembali ke rutinitas duniawi sering kali membuat ibadah yang sudah dijalankan dengan tekun selama Ramadan perlahan-lahan mulai ditinggalkan. Salah satu sebab utama adalah kurangnya motivasi internal serta lingkungan yang kurang mendukung.

Banyak orang yang merasa sulit untuk tetap bangun malam guna shalat tahajud, sementara selama Ramadan mereka dengan mudah melaksanakan qiyamul lail. Begitu pula dengan membaca Al-Qur’an yang selama Ramadan bisa menjadi rutinitas harian, namun setelah Ramadan kian jarang dilakukan. Padahal Allah SWT berfirman: “Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil.” (QS. Al-Muzzammil: 4), yang mengisyaratkan pentingnya membaca Al-Qur’an secara terus-menerus.

Selain itu, budaya berbagi yang sangat terasa di bulan Ramadan sering kali menurun setelahnya. Padahal Rasulullah SAW bersabda: “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” (HR. Bukhari & Muslim). Sikap dermawan hendaknya tetap dipertahankan, baik melalui sedekah maupun dengan membantu sesama dalam bentuk lain.

Untuk menjaga istiqamah, perlu adanya strategi yang terstruktur. Salah satunya adalah dengan menetapkan target ibadah harian yang realistis. Misalnya, meskipun tidak bisa membaca satu juz Al-Qur’an sehari seperti di bulan Ramadan, seseorang bisa tetap membaca beberapa halaman per hari. Demikian pula dengan shalat malam, bisa dimulai dengan dua rakaat sebagai bentuk konsistensi.

Lingkungan juga memegang peranan penting dalam membantu istiqamah. Bergabung dengan komunitas kajian atau halaqah dapat menjadi solusi untuk saling mengingatkan dalam kebaikan. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Kahfi: 28: “Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.” Ayat ini menunjukkan bahwa kebersamaan dalam lingkungan yang baik akan memperkuat keistiqamahan.

 Menjaga istiqamah setelah Ramadan adalah tantangan yang harus dihadapi setiap Muslim. Ramadan memberikan kita kesempatan untuk melatih diri dalam ibadah dan akhlak yang baik, tetapi ujian sesungguhnya adalah bagaimana kita dapat meneruskan kebaikan tersebut sepanjang tahun. Tanpa komitmen dan strategi yang baik, semangat Ramadan bisa saja memudar dengan cepat.

Dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadits menunjukkan bahwa Allah SWT mencintai amalan yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun kecil. Oleh karena itu, kita harus berusaha menetapkan kebiasaan yang dapat dipertahankan secara konsisten. Salah satu caranya adalah dengan menetapkan target yang realistis dan mencari lingkungan yang mendukung.

Dengan menjadikan kebiasaan baik selama Ramadan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, kita dapat meraih ketakwaan yang lebih sempurna. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran: 102: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” Ayat ini mengingatkan kita agar senantiasa menjaga ketakwaan dalam setiap aspek kehidupan.

Akhirnya, istiqamah dalam kebaikan adalah bukti nyata dari keberhasilan Ramadan yang sesungguhnya. Semoga kita semua mampu menjaga semangat Ramadan sepanjang tahun dan menjadi hamba Allah yang istiqamah dalam menjalankan perintah-Nya. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Referensi:

  1. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Kementerian Agama RI.
  2. Shahih Muslim, Kitab Shalat, Hadits no. 782.
  3. Shahih Bukhari, Kitab Zakat, Hadits no. 1429.
  4. Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Pustaka Amani, 2015.
  5. Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madarij al-Salikin, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2008.