Website Resmi
Fraksi PKS Kepulauan Riau

Fraksi PKS, Penyambung Aspirasi Masyarakat
Kepulauan Riau

Bersyukurlah dengan Apa yang Sudah Kita Miliki (Catatan Memetik Hikmah Ramadan ke-25)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

545Bersyukur adalah salah satu akhlak utama yang diperintahkan dalam Islam. Syukur bukan sekadar ucapan terima kasih, tetapi juga mencerminkan ketundukan hati dan kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari Allah Swt. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'” (QS. Ibrahim: 7). Ayat ini menunjukkan bahwa syukur dapat menjadi kunci bertambahnya nikmat dan keberkahan dalam hidup.

Di era modern, banyak orang terjebak dalam sikap membandingkan diri dengan orang lain, sehingga lupa untuk mensyukuri apa yang sudah dimiliki. Media sosial, iklan, dan gaya hidup konsumtif sering kali membuat manusia merasa kurang puas. Padahal, Rasulullah saw. bersabda, “Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena hal itu lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah atas kalian.” (HR. Muslim). Hadis ini mengajarkan kita untuk selalu melihat ke bawah dalam hal duniawi agar tetap merasa cukup dan bersyukur.

Dengan memahami pentingnya syukur, kita dapat membangun kehidupan yang lebih bahagia dan tentram. Syukur tidak hanya dalam bentuk ucapan, tetapi juga dalam tindakan, seperti menggunakan nikmat yang diberikan Allah dengan cara yang baik dan bermanfaat. Artikel ini akan membahas urgensi syukur dalam kehidupan modern, tantangan yang dihadapi, serta solusi Islam dalam membangun sikap syukur di tengah kehidupan yang serba cepat dan penuh distraksi.

 Di zaman serba digital ini, informasi tersebar begitu cepat, membuat banyak orang semakin mudah membandingkan dirinya dengan orang lain. Fenomena ini kerap menimbulkan perasaan iri dan ketidakpuasan dalam hidup. Orang cenderung merasa kurang dengan apa yang dimiliki karena melihat kehidupan orang lain yang tampak lebih baik di media sosial. Allah Swt. telah memperingatkan dalam Al-Qur’an, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain…” (QS. An-Nisa: 32). Ayat ini menegaskan bahwa setiap manusia memiliki rezeki dan nikmatnya masing-masing sesuai dengan kehendak Allah.

Salah satu dampak dari kurangnya rasa syukur adalah meningkatnya tingkat stres dan depresi. Studi psikologi modern menunjukkan bahwa mereka yang sering membandingkan diri dengan orang lain lebih rentan mengalami gangguan kecemasan dan ketidakpuasan hidup. Dalam Islam, cara menghindari hal ini adalah dengan menumbuhkan sikap qana’ah, yaitu merasa cukup dengan apa yang telah diberikan oleh Allah. Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan dikaruniai sifat qana’ah dengan apa yang telah diberikan Allah kepadanya.” (HR. Muslim).

Bentuk syukur yang nyata juga tercermin dalam bagaimana seseorang menggunakan nikmatnya untuk kebaikan. Uang yang dimiliki dapat digunakan untuk membantu sesama melalui sedekah dan zakat. Kesehatan yang dimiliki bisa dimanfaatkan untuk beribadah dan bekerja dengan optimal. Bahkan, ilmu yang dimiliki juga bisa menjadi sarana untuk berbagi manfaat kepada orang lain. Syukur sejati bukan hanya tentang mengucapkan alhamdulillah, tetapi juga menggunakannya untuk kebaikan. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa hakikat syukur adalah mengetahui nikmat, menerima dengan hati, dan menggunakannya sesuai dengan kehendak Allah.

Selain itu, menjaga perspektif yang positif dalam kehidupan sangat penting dalam menumbuhkan rasa syukur. Seseorang yang selalu melihat sisi baik dari setiap kejadian akan lebih mudah menerima keadaan dan merasa cukup. Salah satu cara yang dianjurkan dalam Islam adalah dengan memperbanyak dzikir dan doa. Rasulullah saw. mengajarkan doa: “Ya Allah, jadikanlah aku hamba yang banyak bersyukur kepada-Mu, banyak mengingat-Mu, dan banyak beribadah kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud). Doa ini menjadi pengingat agar kita selalu bersyukur dalam keadaan apa pun.

 Mensyukuri apa yang telah dimiliki adalah salah satu kunci kebahagiaan dalam hidup. Dalam Al-Qur’an dan hadis, banyak perintah dan anjuran agar kita senantiasa bersyukur, karena dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah dan hati akan merasa lebih tenang. Di era modern yang penuh dengan perbandingan sosial, sikap syukur menjadi semakin penting untuk menjaga kesehatan mental dan spiritual.

Kurangnya rasa syukur dapat menimbulkan kecemasan dan ketidakpuasan, sementara orang yang memiliki sikap qana’ah dan selalu melihat nikmat Allah dengan hati yang lapang akan lebih bahagia dan tentram. Dalam kehidupan sehari-hari, bentuk syukur dapat diwujudkan dalam ucapan, perbuatan, dan sikap positif terhadap apa yang telah Allah berikan kepada kita.

Oleh karena itu, marilah kita jadikan syukur sebagai bagian dari gaya hidup kita. Dengan mengingat Allah, menggunakan nikmat dengan baik, dan selalu melihat sisi positif dalam setiap keadaan, kita bisa menjalani hidup yang lebih bermakna. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnul Qayyim dalam Madarij as-Salikin, “Syukur adalah separuh dari iman, dan sabar adalah separuh lainnya.” Dengan demikian, bersyukur bukan hanya sebuah amalan, tetapi juga bagian dari keimanan yang akan membawa keberkahan dalam hidup kita.

Ditulis Oleh; H. Bahktiar, Lc, MA

Referensi:

  1. Al-Qur’anul Karim.
  2. Shahih Muslim.
  3. Shahih Abu Dawud.
  4. Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin.
  5. Ibnul Qayyim, Madarij as-Salikin.
  6. Studi Psikologi tentang Hubungan Syukur dan Kesehatan Mental.