Kehidupan bertetangga merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial seorang Muslim. Islam mengajarkan pentingnya menjalin hubungan baik dengan tetangga sebagai wujud dari akhlak mulia dan kepedulian sosial. Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa keharmonisan bertetangga bukan sekadar etika sosial, tetapi juga bagian dari keimanan.
Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi dengan tetangga mencerminkan bagaimana seseorang menjalankan ajaran Islam secara nyata. Hubungan yang harmonis menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan penuh keberkahan. Sebaliknya, konflik dengan tetangga dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan merusak ketenteraman. Oleh karena itu, membangun keharmonisan bertetangga adalah tanggung jawab bersama yang harus diwujudkan dengan sikap saling menghormati dan membantu.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh…” (QS. An-Nisa: 36). Ayat ini menegaskan bahwa berbuat baik kepada tetangga adalah bagian dari perintah Allah yang harus diamalkan oleh setiap Muslim.
Dalam konteks masyarakat modern, kehidupan bertetangga sering kali menghadapi tantangan tersendiri. Kesibukan dan individualisme yang meningkat membuat interaksi sosial dengan tetangga menjadi minim. Hal ini dapat mengurangi rasa kebersamaan dan kepedulian di antara sesama. Oleh karena itu, penting untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Islam dalam menjalin hubungan harmonis dengan tetangga.
Artikel ini akan membahas bagaimana membangun keharmonisan bertetangga dengan pendekatan Islam yang relevan dengan kondisi kekinian. Diharapkan pembahasan ini dapat memberikan pemahaman serta motivasi bagi kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.
Dalam kehidupan modern yang semakin sibuk, tantangan dalam membangun hubungan harmonis dengan tetangga semakin besar. Banyak orang lebih banyak menghabiskan waktu di dunia digital daripada bersosialisasi dengan tetangga secara langsung. Hal ini bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya silaturahmi dan kepedulian sosial. Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya” (HR. Muslim). Hadis ini mengajarkan bahwa hubungan baik dengan tetangga merupakan indikasi dari akhlak seorang Muslim.
Salah satu masalah yang sering terjadi dalam kehidupan bertetangga saat ini adalah kurangnya komunikasi dan interaksi. Banyak orang merasa tidak mengenal tetangganya sendiri karena jarang bertegur sapa. Untuk mengatasi hal ini, Islam menganjurkan agar umatnya senantiasa menebarkan salam dan menjalin hubungan baik. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebarkanlah salam, berilah makan (kepada orang yang membutuhkan), sambunglah tali persaudaraan, dan shalatlah di malam hari ketika manusia sedang tidur, maka kamu akan masuk surga dengan selamat” (HR. Ibnu Majah). Menyapa tetangga dengan salam dan senyum adalah langkah kecil yang memiliki dampak besar dalam membangun kedekatan.
Di era digital, media sosial sering menjadi penyebab kesalahpahaman di antara tetangga. Komentar atau unggahan yang tidak bijak dapat memicu konflik. Oleh karena itu, seorang Muslim harus berhati-hati dalam bermedia sosial dan menjaga etika dalam berinteraksi secara daring. Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam” (HR. Bukhari dan Muslim). Prinsip ini juga berlaku dalam bermedia sosial agar tidak menyebarkan informasi yang dapat merugikan orang lain, termasuk tetangga.
Selain menjaga komunikasi yang baik, Islam juga mengajarkan pentingnya tolong-menolong dalam kehidupan bertetangga. Membantu tetangga yang sedang kesulitan, baik dalam bentuk tenaga maupun materi, adalah amalan yang sangat dianjurkan. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain” (HR. Ahmad). Sikap peduli terhadap tetangga akan menciptakan lingkungan yang harmonis dan penuh berkah.
Terakhir, toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan adalah kunci utama dalam menjaga hubungan baik dengan tetangga. Di lingkungan yang heterogen, perbedaan budaya, adat, dan kebiasaan adalah hal yang wajar. Islam mengajarkan sikap tasamuh (toleransi) dalam menyikapi perbedaan agar tercipta kedamaian. Sebagaimana firman Allah SWT, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal” (QS. Al-Hujurat: 13). Dengan memahami dan menghormati perbedaan, hubungan dengan tetangga akan semakin harmonis.
Membangun keharmonisan bertetangga adalah bagian dari ajaran Islam yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Islam menekankan pentingnya menjalin hubungan baik dengan tetangga sebagai cerminan dari akhlak seorang Muslim. Firman Allah dan sabda Rasulullah ﷺ menjadi pedoman utama dalam menjaga keharmonisan ini.
Di era modern yang penuh dengan tantangan, menjaga komunikasi yang baik dengan tetangga menjadi semakin penting. Dengan memperbanyak interaksi yang positif, seperti menebarkan salam, tolong-menolong, dan menghindari konflik, hubungan bertetangga dapat menjadi lebih erat. Kehidupan yang individualistis tidak boleh menghilangkan nilai-nilai kebersamaan dalam Islam.
Perkembangan teknologi dan media sosial juga harus disikapi dengan bijak agar tidak merusak hubungan bertetangga. Etika dalam berbicara dan berinteraksi di dunia digital harus tetap dijaga sesuai dengan ajaran Islam. Berbicara yang baik atau diam menjadi prinsip dasar yang harus diterapkan dalam setiap komunikasi.
Toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan adalah kunci utama dalam menjaga hubungan yang harmonis. Dengan memahami bahwa keberagaman adalah sunnatullah, setiap individu dapat lebih menghargai tetangganya tanpa harus menimbulkan konflik. Islam mengajarkan untuk mengenali dan memahami perbedaan sebagai bentuk rahmat dan keindahan dalam kehidupan.
Sebagai penutup, mari kita jadikan nilai-nilai Islam sebagai pedoman dalam membangun keharmonisan bertetangga. Dengan menjaga komunikasi, menolong sesama, dan saling menghormati, kita dapat menciptakan lingkungan yang damai dan penuh berkah. Semoga kita semua mampu mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan bertetangga dan mendapatkan ridha Allah SWT. Aamiin.
Ditulis Oleh: H. Bahktiar, Lc, MA, Waka III DPRD Kepulauan Riau dan Ketua DPW PKS Kepri
Referensi:
1.Al-Qur’anul Karim
2.Shahih Bukhari dan Muslim
3.Tafsir Ibnu Katsir
4.Kitab Riyadhus Shalihin – Imam An-Nawawi
5.Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah