Website Resmi
Fraksi PKS Kepulauan Riau

Fraksi PKS, Penyambung Aspirasi Masyarakat
Kepulauan Riau

Giat Mencari Harta di Bulan Ramadan untuk Beramal dan Tabungan Akhirat (Catatan Memetik Hikmah Ramadan ke-18)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh keberkahan dan kemuliaan. Selain menjadi waktu yang dianjurkan untuk meningkatkan ibadah, Ramadan juga menjadi momen istimewa untuk giat bekerja dan mencari nafkah. Islam tidak melarang umatnya untuk mencari harta dunia, asalkan dilakukan dengan cara yang halal dan penuh keberkahan. Bahkan, dalam Al-Qur’an Allah berfirman: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…” (QS. Al-Qashash: 77). Ayat ini menegaskan bahwa keseimbangan antara usaha dunia dan akhirat sangat dianjurkan dalam Islam.

Di bulan Ramadan, umat Muslim diberikan kesempatan untuk meraih pahala yang berlipat ganda dalam setiap amal perbuatan, termasuk dalam bekerja dan mencari nafkah. Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa berusaha mencari nafkah untuk keluarganya dengan cara yang halal, maka ia seperti seorang pejuang di jalan Allah.” (HR. Thabrani). Hadis ini menunjukkan bahwa bekerja bukan sekadar mencari harta, tetapi juga bagian dari ibadah jika dilakukan dengan niat yang benar.

Namun, di tengah semangat mencari nafkah, penting untuk menjaga niat agar tetap lurus. Ramadan bukan hanya tentang memperbanyak materi, tetapi juga tentang bagaimana hasil kerja kita dapat membawa manfaat bagi sesama. Oleh karena itu, Ramadan harus menjadi momentum untuk meningkatkan kedermawanan dan memperbanyak amal kebajikan.

Artikel ini akan membahas bagaimana umat Islam dapat mencari nafkah dengan penuh semangat di bulan Ramadan, serta bagaimana memanfaatkan harta tersebut untuk beramal dan sebagai tabungan akhirat. Dengan memahami konsep ini, kita dapat menjalani Ramadan dengan keseimbangan antara dunia dan akhirat.

Dalam realitas kekinian, banyak orang beranggapan bahwa Ramadan adalah bulan yang mengurangi produktivitas kerja. Padahal, jika dilihat dari perspektif Islam, justru Ramadan seharusnya menjadi pendorong untuk lebih giat bekerja dengan penuh keberkahan. Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya tidak pernah menjadikan Ramadan sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Dalam sejarah Islam, banyak peristiwa besar terjadi di bulan Ramadan, seperti kemenangan dalam Perang Badar yang menunjukkan bahwa kerja keras dan jihad dapat tetap dilakukan meskipun dalam keadaan berpuasa.

Di era modern, banyak peluang usaha dan pekerjaan yang dapat dilakukan selama Ramadan dengan tetap menjaga nilai-nilai spiritual. Para pengusaha Muslim dapat meningkatkan produktivitas dengan tetap memperhatikan aspek halal dalam bisnis mereka. Selain itu, mereka juga bisa memanfaatkan Ramadan sebagai ajang berbagi rezeki melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) yang sejalan dengan semangat zakat dan sedekah. Sebagaimana firman Allah: “Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai…” (QS. Ali ‘Imran: 92).

Di sisi lain, Ramadan adalah momen terbaik untuk meningkatkan kebiasaan berbagi, baik melalui zakat, sedekah, maupun wakaf. Banyak organisasi sosial yang menggalang dana untuk membantu fakir miskin, anak yatim, dan kaum dhuafa. Berinvestasi dalam amal jariyah merupakan langkah cerdas bagi umat Muslim yang ingin mengumpulkan pahala berlipat ganda. Rasulullah ﷺ bersabda: “Ketika manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

Tidak hanya itu, Ramadan juga menjadi peluang emas bagi para pekerja dan pelaku usaha untuk merenungkan kembali tujuan finansial mereka. Selain mencari harta untuk kebutuhan duniawi, umat Islam juga harus berpikir jangka panjang dengan menyiapkan tabungan akhirat melalui amal kebajikan. Konsep ini relevan dengan pernyataan Dr. Yusuf Al-Qaradawi dalam bukunya Fiqh Al-Zakah, bahwa zakat dan sedekah bukan hanya kewajiban, tetapi juga investasi sosial dan spiritual yang akan kembali kepada kita dalam bentuk keberkahan hidup dan pahala di akhirat.

Bulan Ramadan adalah waktu yang sangat istimewa, di mana umat Islam dapat meningkatkan ibadah sekaligus berusaha mencari nafkah yang halal. Islam tidak melarang pencarian harta dunia, tetapi menekankan agar harta tersebut digunakan untuk kebaikan dan sebagai sarana menuju kebahagiaan akhirat. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki…” (QS. Al-Baqarah: 261).

Sebagai umat Muslim, kita harus meneladani semangat Rasulullah ﷺ dan para sahabat dalam bekerja dengan penuh tanggung jawab dan keberkahan. Ramadan tidak boleh dijadikan alasan untuk bermalas-malasan, tetapi justru harus menjadi pendorong untuk lebih giat dalam bekerja, berinovasi, dan berbagi rezeki kepada sesama.

Dengan memahami konsep mencari nafkah yang benar, kita tidak hanya meraih keberhasilan duniawi, tetapi juga menyiapkan bekal terbaik untuk kehidupan setelah mati. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ: “Orang yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Thabrani). Oleh karena itu, mari manfaatkan Ramadan untuk bekerja dengan niat ibadah, berbagi kepada sesama, dan menabung pahala sebagai bekal menuju kebahagiaan akhirat.

Ditulis oleh: H. Bahktiar, Lc, MA, Wakil Ketua III DPRD Kepri dan Ketua DPW PKS Kepri

Referensi:
1.Al-Qur’anul Karim
2.Shahih Muslim, Hadis No. 1631
3.Sunan At-Tirmidzi, Hadis No. 1970
4.Yusuf Al-Qaradawi, Fiqh Al-Zakah, 2011
5.Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Azim, 2003