Website Resmi
Fraksi PKS Kepulauan Riau

Fraksi PKS, Penyambung Aspirasi Masyarakat
Kepulauan Riau

Bijak Mengelola Media Sosial agar Ramadan Tetap Berkah (Catatan Memetik Hikmah Ramadan ke – 15)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Di era digital ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dari sekadar berbagi informasi hingga menjadi wadah untuk mengekspresikan diri, platform seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan Twitter memiliki pengaruh besar terhadap cara kita berkomunikasi dan mengakses informasi.

Namun, dalam bulan Ramadan, di mana umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah dan menjaga hati dari hal-hal yang dapat mengurangi pahala puasa, penggunaan media sosial perlu dikelola dengan bijak. Islam mengajarkan keseimbangan dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam bermedia sosial.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra’ [17]: 36). Ayat ini mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menyebarkan informasi dan menggunakan media sosial secara bertanggung jawab. Oleh karena itu, selama Ramadan, umat Islam perlu memperhatikan bagaimana mereka memanfaatkan teknologi agar tetap berada dalam keberkahan bulan suci.

Banyak orang tanpa sadar membuang waktu berharga mereka di media sosial dengan aktivitas yang kurang produktif, seperti perdebatan yang tidak bermanfaat, menyebarkan berita tanpa verifikasi, atau bahkan memposting konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ini bertentangan dengan tujuan Ramadan sebagai bulan penyucian diri dan peningkatan ibadah.

Sikap bijak dalam menggunakan media sosial selama Ramadan tidak hanya membantu menjaga fokus ibadah, tetapi juga dapat menjadi sarana dakwah yang efektif jika digunakan dengan benar. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bagaimana memanfaatkan media sosial agar Ramadan tetap berkah dan bermanfaat bagi diri sendiri serta orang lain.

Dalam kondisi kekinian, media sosial telah berkembang menjadi ruang publik yang sangat dinamis, di mana setiap orang dapat berkontribusi dalam menyebarkan informasi. Namun, sering kali kita melihat fenomena negatif, seperti ujaran kebencian, hoaks, pamer kemewahan, dan konten-konten yang kurang bermanfaat bagi spiritualitas. Jika tidak dikelola dengan baik, media sosial dapat menjadi penghambat dalam memperoleh keberkahan Ramadan.

Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menegaskan pentingnya menjaga lisan, termasuk dalam konteks digital saat ini. Oleh karena itu, selama Ramadan, kita harus lebih selektif dalam memilih apa yang kita unggah dan bagikan di media sosial.

Di sisi lain, media sosial juga dapat menjadi sarana yang sangat baik untuk menyebarkan kebaikan. Banyak ulama, ustadz, dan cendekiawan Muslim yang memanfaatkan platform digital untuk berdakwah, menyebarkan kajian Islam, dan memberikan motivasi spiritual. Sebagai pengguna media sosial, kita dapat turut berkontribusi dengan menyebarkan konten yang menginspirasi, seperti kutipan ayat-ayat Al-Qur’an, hadis, serta pengalaman ibadah yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain.

Selain itu, media sosial juga dapat membantu mempererat silaturahmi, terutama di bulan Ramadan. Misalnya, dengan mengadakan kajian daring, berbagi informasi tentang waktu berbuka dan sahur, atau menggalang donasi untuk kaum dhuafa. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: “Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Ma’idah [5]: 2). Dengan demikian, penggunaan media sosial yang bijak dapat menjadi ladang amal yang membawa keberkahan.

Namun, kita juga harus waspada terhadap jebakan riya dalam bermedia sosial. Banyak orang yang memposting ibadahnya bukan untuk menginspirasi, melainkan demi mendapatkan pujian. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin mengingatkan bahwa riya dapat menghapus pahala amal ibadah. Oleh karena itu, niat dalam bermedia sosial harus senantiasa diluruskan agar tetap dalam ridha Allah SWT.

Media sosial adalah alat yang bisa membawa manfaat sekaligus mudarat, tergantung bagaimana kita menggunakannya. Dalam bulan Ramadan, saat kita dituntut untuk meningkatkan ibadah dan menjaga kebersihan hati, penting bagi kita untuk lebih selektif dalam bermedia sosial. Memilah informasi, menghindari debat yang tidak bermanfaat, serta menyebarkan kebaikan adalah langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan agar penggunaan media sosial tetap dalam koridor keberkahan.

Islam mengajarkan prinsip keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan teknologi. Firman Allah SWT: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia.” (QS. Al-Qashash [28]: 77). Ayat ini menjadi pengingat bahwa kita harus memanfaatkan teknologi untuk kebaikan tanpa melalaikan tujuan akhirat.

Sikap bijak dalam bermedia sosial tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri tetapi juga bagi lingkungan sekitar. Jika setiap Muslim mampu menjadikan media sosial sebagai sarana dakwah dan penyebaran kebaikan, maka Ramadan tidak hanya menjadi bulan peningkatan ibadah pribadi, tetapi juga bulan di mana nilai-nilai Islam dapat tersebar luas dengan lebih mudah.

Akhirnya, marilah kita menjadikan Ramadan sebagai momentum untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial, sehingga setiap unggahan, komentar, dan interaksi kita di dunia maya bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga keberkahan Ramadan, tetapi juga memperkuat nilai-nilai Islam dalam kehidupan digital kita. Wallahu a’lam bish-shawab.

Ditulis oleh: H. Bahktiar, Lc, MA Wakil Ketua III DPRD Kepri dan Ketua DPW PKS Kepri

Referensi
1.Al-Qur’an dan Terjemahannya. Kementerian Agama Republik Indonesia.
2.Shahih Bukhari & Muslim. Pustaka Azzam.
3.Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin. Darul Fikr.
4.Yusuf Al-Qaradawi. Fiqh Al-Lahwi wa Al-Tarfih. Dar Al-Shorouk.
5.Ahmad, K. Etika Muslim dalam Bermedia Sosial. Penerbit Islamika.